Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guru Bangsa

 

Ini adalah tulisan awal saya dalam laman media online saya ditengah rutinitas sambil terus belajar banyak hal,terlebih memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Memang tak mudah untuk bisa terus konsisten menulis menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi pembacanya. Doakan saja saya bisa terus semangat menulis untuk diri saya maupun bagi yang membutuhkan tulisan saya.

Tidak banyak harapan saya dari tulisan-tulisan yang akan saya hasilkan bisa dibaca lebih dari hitungan jumlah pengguna sosial media,seperti halnya para penulis handal, jika ditanya akan kemana arah tulisan-tulisan saya nantinya bermuara?Itu juga bagi saya terlalu sulit untuk diungkapkan. Saya punya keyakinan tulisan yang baik sudah secara langsung berkaitan dengan nama penulisnya. Maksudnya adalah kepribadian manusia akan menempel dari garis keturunan, jika baik dari awal perintis nasabnya sudah bisa dipastikan hingga keturunan kebawahnya berdampak sekali hingga beberapa penerusnya.

Lalu apakah manusia yang terlahir dari garis keturunan (Nasab) yang katakanlah tidak semulus nasab terkenal? Apakah akan gugur pula segala perjuangan seorang manusia itu sendiri? Merupakan suatu hukum masyarakat sosial bahwasanya sesama manusia akan sangat mudah menilai dari kalangan keluarga mana seorang manusia itu terlahir?.

Saya ambil tema guru bangsa mungkin bagi beberapa kalangan yang suka dengan dimensional sejarah dikepalanya akan mengarah kepada satu sosok yaitu H.O.S Tjokroaminoto. Ya betul tepat sekali seperti di awal saya katakan ini sangat berkaitan dengan nama baik dan melekat karakternya hingga melahirkan banyak tokoh-tokoh bangsa nantinya. Tidak mudah mengkaitan dengan buah pemikiran sampai mencari sumber tentang sosok satu ini.

 

Ada banyak gelar yang disematkan kepada H.O.S Tjokroaminoto, namun yang saya tau hanya beberapa gelar JANG OETAMA ini jika disadari seperti halnya kalau kita sering hadir dalam suatu acara pembawa acara akan mengakatan kepada yang terhormat, atau yang saya cintai, yang saya muliakan, maka untuk beliau acap diberikan gelar JANG OETAMA. Kalau dikalangan Belanda beliau diberikan gelar ”De Ongekroonde koning van Indie (Raja Hindia Tanpa Mahkota)”, ”De aanstande koning der javanen” (Raja Jawa masa depan) saking besar pengaruhnya, ada anggapan dibeberapa kalangan keraton jawa beliau dianggap Ratu Adil karena nama Ratu adil dalam kalangan jawa adalah Heru Tjokro, sangat pas kan?.


H.O.S Tjokroaminoto

Meskipun beliau sendiri mengatakan tidak, Ratu adil itu bukan sosok yang mewujud namun adalah gagasan atau konsep, dalam arti semua harus bisa memajukan konsep serta gagasan (ideologi) untuk mensukseskan perihal konsep Ratu Adil itu, lebih luas lagi maknanya bisa membebaskan indonesia dari penjajahan saat itu. maka beliau tidak suka disebut atau diberikan gelar Ratu adil. Perlu diketahui pula saking besar pengaruhnya, dan banyak yang kagum kepada beliau, dari penampilan, suaranya bariton (berat dan keras) jika sedang orasi, dan itu yang menjadikan Soekarno sangat mencontoh kepada beliau.

Terlebih H.O.S Tjokroaminoto sangat tidak suka dengan istilah Hindia Belanda, baginya lebih baik dengan menyebut Indonesia saat itu adalah Hindia Timur,karena apa jika menggunakan penyebutan suatu negeri saat itu dengan Hindia Belanda seakan secara teritori Hindia yang memang dijajah oleh belanda. Dari sini kita belajar perihal tampil dengan bangga serta percaya diri ditengah keadaan terpuruk jangan acap pasrah terhadap julukan kepada tempat kita berasal sekalipun di dominasi oleh bangsa asing, maka banggalah dengan sebutan nama asal negerimu sendiri yang bukan diberikan langsung maupun tak langsung dari bangsa asing.


Meskipun secara umur H.O.S Tjokroaminoto tidak panjang dan tidak sempat menikmati kemerdekaan,dan memang patut diakui darinya pula benih-benih Pancasila sudah mulai terlihat,artinya kalau kita pahami dengan baik Tokoh-tokoh besar perihal konsep dan gagasan tentu akan bertemu kalimat gagasanya mendahului jamannya,namun bisa juga dengan dipahami tema-tema gagasan yang diangkat bersifat universal sehingga senantiasa cocok disegala jaman, kapanpun dimanapun tentunya manusia seantiasa butuh akan isu atau tema-tema yang bersifat universal dan memang jika disadari Probelem yang di era manapun ada sehingga kalau dicari solusinya cocok terus menerus maka bukan mendahului jamanya yah katakanlah dari jaman dulu sudah ada probelem yang bersifat universal. Seperti Kebobrokan moral,penindasan, itukan tema-tema universal kalau boleh dikatakan sejak jaman fir’aun sudah ada perihal seperti itu, maka sangat tidak tepat bukan secara ketokohan dikatakan mendahului jamanya. Ini jika digali lebih dalam lagi ke arah filsafat yah bisa masuk ke perihal Perenialisme.

 

Dari itu akan muncul suatu dilematis hingga hari ini hal-hal yang pernah di gagas oleh H.O.S Tjokroaminoto masih relevan, atau memang kita saat ini tidak maju-maju ketika menghadapi banyak persoalan bangsa bulat di situ-situ aja konfliknya seperti antara kelompok Nasionalis,Islamis,atau kelompok sekuler dan itu hanya berputar-putar saja, sosialis kalau ekstrim jadi komunis,atau kalau tidak esktrim jadinya demokrat, yang sebelah sana masuk kelompok demokrat menggunakan prinsip nasionalis jadi partai kan?yang sebelah sana seakan teguh memakai azas demokrasi jadinya partai juga padahal isinya sama saja.

Mari kita lihat beberapa hal yang pernah ditawarkan oleh H.O.S Tjokroaminoto kepada kita yang masih hidup hari ini. "Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri... tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa partisipasi kita." Ini adalah spiritnya semangatnya yang pernah beliau sampaikan di kongres SI (Sarekat Islam) Pertama yang diadakan di bandung, secara makna ada kalimat sapi artinya dengan kondisi saat itu orang berebut sapi yah memang karena hanya mengincar susunya,maksudnya apa? Hanya mengincar sumber dayanya saja masa bodohlah dengan sapinya yang terpentingkan susunya dan itu merupakan suatu masalah, tidak sedikit hari ini secara mental mau indonesia kondisinya seperti apapun yang penting bisa hidup enak,nyaman,kelompok ku sejahtera.




Makin mendalam lagi dimaknai dapatlah dikatakan jika seperti itu pola pikir serta mental masyarakatnya melihat bangsa ini seperti sapi yang hanya di incar susunya saja,tidak mau diajak berpikir,susah,berproses. Kemudian kita maknai lagi kalimat setelahnya ”Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri...”. teramatlah keliru kalau kita punya pikiran bahwasanya indonesia hanya tempat mencari keuntungan,kemudian rakyat hanya dijadikan obyeknya (artinya kita bisa saja memutuskan banyak hal tentang rakyat namun rakyat tidak pernah diajak bermusyawarah,tidak diajak dialog,lalu kita anggap rakyat sudah tentu mau saja terhadap segala keputusan,kebijakan yang kita buat) padahal itu hanya untuk menguntungkan segelintir kelompok saja. Dan masih relevan hingga hari ini.

Kita berlanjut ke kalimat setelahnya”tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa partisipasi kita”. Apa yang bisa kita ambil dari kalimat itu? banyak aturan,undang-undang,di buat untuk mengatur kita dan itupun kita tidak tau menau serta tidak pernah diajak bermusyawarah,berunding, sebuah gambaran kondisi saat jaman beliau maka bagi H.O.S Tjokroaminoto hal-hal seperti itu haruslah di akhiri,dan itu terjadi sekitar 70 tahunan yang lalu, namun dalam titik tertentu kita yang hidup sekarang relevan sekali ya?.

Posting Komentar untuk "Guru Bangsa"