Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekuasaan dan Seks atau Seks dan Kekuasaan?

 


Topik satu ini sebetulnya agak sukar untuk mengungkapkannya karena perihal seks dan kekuasaan atau sebaliknya seperti kotak pandora bahkan tabu untuk dibuka bagi khalayak ramai. Kekuasaan bukanlah, atau bukan hanya, apa yang dilarang, apa yang mengatakan tidak, apa yang dikecualikan. Setelah kegilaan dipaksa diam, zaman klasik mengembangkan berbagai teknik untuk membuatnya berbicara, yang mengarah pada marginalisasi dan pengusiran oleh psikiater, yang menegaskan ketidakkoherensiannya melalui kodifikasi.

Hubungan antara kekuasaan dan seks pada dasarnya tidak menindas. Padahal, keduanya telah menyulut diskusi tentang seksualitas yang terus berlipat ganda dan meluas. Bahkan antara keduanya menjadi bahasan yang mampu membuat tawa hingga mengerutkan dahi sampai bisa menjadi pembenaran yang dibahasakan normal sebagai manusia.

Kita mungkin masih ingat adanya kasus atau skandal yang menyangkut akan dua hal ini seks dan kekuasaan atau sebaliknya yang memang bisa dikatakan mencoreng nama baik kalangan pejabat di negeri ini. Ada lebih dari lima skandal seks yang terungkap di media masa menyangkut pejabat di negeri ini. Dalam politik di Indonesia bisa dikatakan sejak era reformasi hubungan seks dengan kekuasaan boleh dikatakan sudah menjadi konsumsi publik. Secara karir politik seorang pejabat sebagai perwakilan rakyat bisa mudah hancur karena kasus seks atau hanya sekedar rumor akan perihal kehidupan seks pribadinya.

Enak tidak enak memang jika mengulas skandal seks di kalangan pejabat yang sudah diketahui publik beberapa tahun belakangan dan itu tergambarkan dengan memiliki Wajah para sekretaris anggota DPR RI yang cantik-cantik dan seksi itu boleh memerah karena skandal seks antara anggota dewan dengan para sekretarisnya yang dilakukan secara kilat di toilet-toilet gedung DPR RI mulai tercium khalayak luas. Kebobrokan moral anggota dewan dan sekretarisnya dilakukan tanpa lagi malu-malu. Setelah lampiaskan napsu, seenaknya mereka buang begitu saja bekas bungkus pelindung (kondom) di tempat sampah toilet.

Bagi anggota dewan dan sekretarisnya, skandal seks di toilet DPR kelihatannya jauh lebih aman dan nyaman dibanding diluar sana yang resiko gegernya lebih besar. Bagaimana tidak akan menjadi geger. Kamera wartawan ada dimana-mana, sementara sebagai wakil rakyat, wajah mereka begitu mudah dikenali. Salah langkah sedikit saja bisa jadi konsumsi berita publik yang berakibat dipecat karena pelanggaran etika. Maka seks kilat di area gedung DPR menjadi pilihan paling aman.

Beberapa lokasi di area gedung DPR RI situasinya memang sepi, termasuk toilet-toilet dan ruang-ruang yang banyak kosong tidak terpakai. Situasi ini semakin mendukung aksi skandal mereka. Ketua DPR RI, Marzuki Ali, tidak menampik skandal ini. Tapi ia tak dapat berbuat banyak kecuali hanya meminta supaya tidak ada lagi kondom-kondom yang ditemukan di tempat sampah.

 Seorang pengamat politik Karel Susetyo bahwa gedung DPR yang besar sebenarnya rawan asmara, seks dan perselingkuhan, banyak ruang kosong yang sepi dan jarang terlihat orang.


“Bangunan yang luas dan tempat sepi ini semakin terancam punah. Ini adalah pertanyaan moral. Tentu harus dikembalikan ke partai politik, harusnya menjadi tanggung jawab partai kenapa bisa memilih caleg yang tidak bermoral,” kata Susetyo.

Media juga memuat informasi dari Badan Kehormatan DPR, termasuk banyak laporan dan pengaduan perselingkuhan antara anggota DPR atau sekretarisnya. Pengaduan tersebut disampaikan oleh suami atau istri anggota dewan. Bahkan ada yang datang dari orang luar yang mengetahui adanya skandal seks di situs DPR. Skandal seks di gedung DPR RI bukan rahasia lagi. Para petugas kebersihan di sana sudah lelah mencari kondom yang berserakan hampir di setiap sudut gedung. Bahkan petugas kebersihan mengaku tidak sengaja menangkap pasangan kotor di toilet. Tapi uang lima ratus ribu ada di sakunya, katanya, sebagai uang untuk diam.

Ivan Fadilla pernah membeberkan kasus perselingkuhan pegawai DPR terkait istrinya Venna Melinda yang diduga Ivan berselingkuh dengan anggota DPR. Dan karena itu, keluarganya akhirnya harus berpisah.

Masih ingatkah pada tahun 2012, anggota DPR Marzuki Alie berharap tidak ada lagi limbah kondom bekas yang ditemukan di DPR. Memang antara kondom yang digunakan di DPR dengan larangan rok mini, dirasa ada kaitan antara keduanya, yang akhirnya ditanggapi oleh Presiden DPR Marzuki Ali. Fenomena kondom bekas yang beredar di DPR beberapa waktu lalu memang menjadi kejadian yang sangat mencoreng nama DPR.





Himbauan ini dia arahkan setelah ditemukannya fenomena kondom bekas di DPR beberapa waktu lalu. Kejadian ini diangkat oleh media dan menjadi topik berita hangat, yang kemudian menjadi pergunjingan di masyarakat. "Itu yang kita (harapkan) tidak dilakukan lagi. Itu dulu. Sekarang tidak lagi," kata Marzuki, Selasa (3/6/2012) di Gedung DPR RI, Jakarta.

Sebelum menyampaikan harapannya, Marzuki menjelaskan perlu adanya aturan dan regulasi yang melarang pegawai dan anggota DPR mengenakan pakaian seksi atau rok mini di lingkungan kerjanya. Pasalnya, cara berbusana yang benar-benar elegan, minimalis dan seksi pasti akan menarik mata laki-laki untuk merantau, namun masih banyak legislator yang berbusana seksi menganggap hal seperti itu tidak boleh diatur oleh DPR.

Jalan Pintas memberikan ucapan terimakasih dengan Seks (Pejabat dan Gratifikasi Seks)

Jika korupsi dan cara-caranya semakin berkembang dengan segala rupa dan siasatnya dilingkungan pejabat baik birokrat maupun politisi terus mencuat. Sudah tentu akan ada cara lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi selain menggarap proyek apalagi kalau bukan dengan Gratifikasi seks Ini adalah masalah baru yang muncul di permukaan. Bisa jadi, praktik ini dicurigai karena dua alasan, pertama, keinginan petugas itu sendiri yang menginginkan suatu kepuasan dalam bentuk pelayanan seksual, atau kedua, petugas tidak dapat mempengaruhi dengan uang, yaitu. proposisi bentuk ini adalah. alternatif untuk menawarkan kepuasannya sendiri, sehingga kebijakannya seringkali dapat dipengaruhi dan diubah sesuai selera.

Penghargaan ini tentu bukan barang baru bagi penegak hukum Indonesia. Arahnya berbeda dengan reward lainnya, namun isi dan tujuannya sama, yaitu Korupsi. Yang membedakan kepuasan ini hanya dalam kaitannya dengan objeknya. Dulu objeknya adalah uang, tapi sekarang dalam bentuk layanan seksual. Fenomena ini merupakan contoh bagaimana bentuk korupsi semakin mengalami perkembangan strategis yang semakin dinamis. Tampaknya para koruptor lebih “pintar” memanfaatkan strategi-strategi penting bagi partai. Kecenderungan paham “Machiavellian” yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, yang diwujudkan dalam kejahatan korupsi, mulai menjangkiti negeri ini.

Gratfikasi Seks merupakan salah satu bentuk degradasi martabat kemanusiaan perempuan dan karenanya menjadi preseden buruk bagi isu kesetaraan gender dalam proses pembangunan. Tampaknya kita berada di zaman kuno ketika wanita digunakan sebagai hadiah untuk raja dan penguasa. Konsisten dengan era Jahiliyah, ketika perempuan diposisikan sebagai “barang” yang bisa diberikan dan diwariskan kepada orang lain.




Saat ini kita hidup di zaman modern dimana menghargai perbedaan itu penting dan akan selalu digalakkan. Pengarusutamaan kesetaraan menjadi salah satu topik penting saat ini, di mana perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam wacana gender. Beberapa kebijakan publik yang ada bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan dan partisipasi perempuan di sektor publik. Kuota 30 persen untuk perempuan dalam politik akan menjadi langkah maju dalam upaya ini.

Namun di tengah pesatnya modernisasi dan pengenalan, stigmatisasi terhadap perempuan menjadi tantangan yang terus mengganjal. Gratifikasi Seks, dalam hal ini, merupakan tanda dari stigma tersebut. Praktik misogini yang menjadi landasan pra-modernitas muncul kembali dengan wajah yang berbeda namun dengan substansi yang sama. Misogini adalah penyebab yang membenci karakter perempuan. Seperti kita ketahui bersama, misogini merupakan bencana besar dalam sejarah kehidupan manusia, dimana status perempuan tidak terlalu terlihat, apalagi dihargai.

Zaman jahiliah pra-Islam dapat digunakan sebagai contoh misogini ini. Masyarakat jahiliyah memandang perempuan sebagai perwujudan dosa, kesialan, aib dan hal-hal yang memalukan. Masyarakat Arab yang jahil mempraktekkan banyak pembunuhan bayi perempuan dan mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Hal ini terjadi karena mereka memandang perempuan sebagai beban sosial dan aib yang dapat menurunkan derajat dan martabat keluarga. Beberapa peradaban lain, seperti Persia dan Romawi, memiliki banyak praktik misoginis yang mengkomoditisasi perempuan. Beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa wanita digunakan sebagai hadiah dari satu raja ke raja lainnya sebagai ikatan kepentingan. Hampir sama dengan Gratifikasi Seks saat ini. Ini menunjukkan bahwa misogini masih dipraktikkan dalam kehidupan modern. Memuaskan gender adalah tanda bahwa cara berpikir dan nalar pejabat kita sama dengan masyarakat yang jahil terhadap perempuan. Meski ini bukan fenomena biasa, tapi bisa jadi fenomena gunung es, kecil di permukaan tapi besar di bawah. Bisa jadi hingga saat ini praktik pemuasan seksual ini masih marak, hanya sedikit yang tertangkap basah.

Meningkatnya Gratifikasi Seks menyebabkan cara-cara yang melibatkan "pelaku seks komersial, kekasih, pelajar" digunakan sebagai umpan untuk mendapatkan niat untuk memenangkan proyek. Memuaskan seks kepada pejabat tinggi pemerintah atau penguasa. Contoh jika masih mengingat sepeti maharani yang sebenarnya ingin menunjukkan bahwa anak muda seperti Maharani, tiga wanita di China, tetapi juga banyak wanita lain, dilihat dari bonus atau tip yang diterima, sangat menarik. Dan cara kerja ini dilihat dan dipraktekkan sebagai sebuah profesi atau bisa menjadi sebuah “profesi”.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Gratifikasi Seks telah menjadi alat yang sangat ampuh untuk membujuk penguasa dalam kehidupan ekonomi atau bisnis dibandingkan dengan uang. Dalam dunia politik, orang keras kepala bisa mendapatkan uang kapan saja. Tapi membebaskan wanita dari pasangan adalah sesuatu yang terkadang terjadi. Tidak mengherankan, para pengusaha memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk meminta bantuan pihak berwenang dalam memenangkan penawaran melalui Gratifikasi Seksual.


Dalam berbisnis tentunya setiap pengusaha berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari usahanya. Dari studi kasus di atas, kita bisa melihat bahwa menyuap pejabat dengan layanan seksual adalah cara yang efektif untuk mendapatkan keuntungan dari memenangkan tender atau proyek. Timbul pertanyaan, apakah kepuasan seksual dapat dibenarkan secara etis? Apa pendapat orang tentang Gratifikasi Seks dalam bisnis? Solusi apa yang dapat diberikan untuk menghadapi atau menanggapi kasus tersebut?.

Buah Dari Egoisme Dagingnya adalah Gratifikasi Seks dalam lingkaran Bisnis.

Masalah yang dihadapi manusia saat ini sebagai homo oeconomicus adalah bagaimana mengatur kegiatan ekonominya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Persaingan muncul antara pedagang yang berjuang mati-matian untuk mencapai langkah demi langkah keuntungan yang diinginkan dalam waktu tertentu. Persaingan ini mengarah pada fenomena manajemen bisnis lainnya. Fenomena yang baru-baru ini diamati dalam perekonomian di dalam dan luar negeri adalah bisnis kotor. Artinya menjalankan bisnis dengan cara yang tidak benar. Cara yang digunakan adalah menyuap orang yang memiliki kepentingan atau pengaruh dalam proyek bisnis, seperti pejabat. Bentuk suap layanan seksual saat ini paling gencar. Pendamping wanita di tempat hiburan atau rumah bordil menjadi laris manis. Tidak hanya mereka, mahasiswa juga tidak lupa menjual tubuh mereka ke pedagang untuk kemudian melayani pedagang atau mitra bisnis.

Di Indonesia, misalnya, kasus perampasan daging sapi mentah oleh Presiden PKS Lutfi Hasan berujung pada kalimat sinis yang berbunyi:
"Daging sapi mati mentah diperoleh dari sogokan daging manusia mentah." Timbul pertanyaan, fenomena dan kebiasaan mana yang benar-benar ingin Anda temukan, fakta atau tren apa di trader?

Dari fakta tersebut dapat kita lihat bahwa para pebisnis cenderung egois dan mengabaikan etika dan moral. Ketika ditanya, apakah kepuasan seksual (Gratifikasi Seks) dibenarkan secara etis? Maka jawabannya adalah "TIDAK". Mengapa? Kepuasan seksual (Gratifikasi Seks)  atau "layanan profesional (Selangkangan)" ini, dari sudut pandang moral, merupakan tindakan yang sangat melanggar martabat manusia seorang wanita (baik dengan persetujuan komersial atau dengan kekerasan). Juga, menggunakan perempuan atau tubuh perempuan sebagai hadiah atau suap kepada seseorang melanggar hak konstitusional perempuan sebagai milik pribadi. Tubuh perempuan dipandang sebagai “benda” atau “objek” yang memiliki nilai ekonomis.




Itu sangat tidak manusiawi. Selain itu, kita juga melihat bahwa kekuasaan atau orang yang kaya atau banyak uang bisa melakukan apa saja. Kekuasaan mendorong seseorang untuk berhenti memperlakukan orang lain dengan hati-hati dan hormat, dan malah memperlakukan mereka sebagai pion untuk dimanipulasi dan dikalahkan dalam perjuangan untuk kebesaran dan keuntungan pribadi. Henry Kissinger pernah berkata tentang kepuasan seksual (Gratifikasi Seks):
“Kekuatan (Kekuasaan) adalah afrodisiak (Perangsang) seksual terbaik.

Tindakan seperti itu sangat merusak sifat manusia, seperti yang dijelaskan dengan fasih oleh negarawan Inggris abad kesembilan Edmund Brooke. dia berkata:
"Kekuatan secara bertahap menghancurkan semua jiwa dan kelembutan manusia." Oleh karena itu kami melihat bahwa kepuasan seksual dalam bisnis sangat tidak etis karena sangat bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai manusia, tetapi hanya sebagai “perempuan”. Prinsip feminin diturunkan ke posisi yang lebih rendah. Kami melihat bahwa kekuasaan telah mendekatkan banyak orang untuk mendapatkan keuntungan, dan perempuan dapat menggunakan tubuhnya sebagai umpan atau kail untuk memfasilitasi transaksi politik dalam bisnis.

 

Keegoisan pribadi para pedagang (Pebisnis) untuk mengeruk keuntungan besar kemudian berujung pada sistem dan praktik bisnis yang tidak etis. Kegembiraan pribadi berusaha untuk dicapai Mengorbankan harkat dan martabat manusia yang begitu mulia dan mulia. Keegoisan kemudian mengarah pada pelanggaran aturan dan prinsip etika seorang pebisnis dalam berbisnis.

Pembenaran Filosofis (Arguemntasi Etis) dan Etis

Seperti telah disebutkan, salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain, berbisnis berarti melipatgandakan keuntungan. Bagi kapitalis, berbisnis selalu terkait dengan institusi swasta, pengejaran keuntungan dan persaingan dalam sistem ekonomi pasar bebas.

Gagasan utama yang menjadi dasar dari semua kiat dan strategi bisnis kapitalis adalah “how to get more” (bagaimana mendapatkan lebih banyak atau bagaimana menjadi menguntungkan). Oleh karena itu, semua peluang yang dapat membantu menghasilkan keuntungan digunakan. Perusahaan rentan di sini. Para pelaku bisnis hidup dan bergaul dalam masyarakat sosial, sehingga tidak heran jika terjadi persaingan.


Tak heran jika keinginan untuk menjadi "The Haves" sangat kuat. Untuk mencapainya, jalan maksiat dipilih dengan cara tidak jujur, tidak adil dan tidak bertanggung jawab. Perilaku seperti itu bertentangan dengan nilai-nilai etika dan standar moral. Melakukan bisnis dengan cara ini menciptakan atau menciptakan kebingungan etis-moral bagi aktivitas bisnis itu sendiri. Immanuel Kant mengatakan kasus kepuasan seksual (Gratifikasi Seks) dalam bisnis:
"Seseorang harus selalu menggunakan manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan tidak pernah hanya sebagai sarana." Dalam hal kepuasan seksual komersial, pendapat Kant sangat penting.

Pengusaha tersebut melanggar etika dan prinsip bisnis dengan tidak menghormati martabat orang lain (perempuan), misalnya menjadikan mereka sebagai pelayan seksual pejabat. Kepribadian seseorang digunakan sebagai sarana untuk menghasilkan keuntungan. Jadi tidak ada lagi subyek, melainkan obyek. Martabat manusia sebagai pribadi telah direduksi menjadi sarana atau tujuan pedagang (Pebisnis). Walaupun keuntungan bukan satu-satunya tujuan bisnis, suatu saat seorang pebisnis pasti akan menghadapi kegagalan bahkan stagnasi bahkan kebangkrutan. Dalam dunia bisnis saat ini bisnis yang baik dan beretika sangat diperlukan.

Pemuasan seksual (Gratifikasi Seks ) dalam bisnis benar-benar "tidak benar" dan secara etis tidak dapat diterima. Hal ini karena tindakan tersebut ilegal dalam bisnis dan melanggar prinsip-prinsip bisnis. Pemuasan seksual (Gratifikasi Seks) bertentangan dengan sebagian besar prinsip bisnis. Pertama, kepuasan seksual terkait dengan kurangnya kemandirian pengusaha. Para pelaku bisnis tidak atau tidak dapat sepenuhnya memahami dunia bisnis. Tidak dapat membuat keputusan yang tepat tentang menjalankan perusahaan. Kedua, para pengusaha tidak bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam usahanya. Ketiga, pengusaha tetap mempertahankan egonya dengan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Keempat, pengusaha kurang memiliki rasa kemanusiaan karena tidak menghargai diri sendiri dan orang lain sebagai manusia. Kesepakatan yang baik adalah kesepakatan yang adil dengan otonomi yang besar dan integritas moral. Bisnis menjadi tidak etis ketika keuntungan mutlak dan aspek moral diabaikan. Dengan kata lain, maksimalisasi keuntungan sebagai satu-satunya tujuan mengarah pada situasi yang tidak etis. Ronald Duska menekankan bahwa dalam berbisnis seorang pebisnis harus membedakan antara tujuan dan motif. Artinya seseorang harus menerapkan motivasi yang jelas dalam perusahaannya.
Jika seseorang hanya berbisnis demi keuntungan tanpa memperhatikannya dan mengabaikan niat perusahaan itu sendiri dan aspek penting lainnya, dia sama saja dengan pemain tenis yang hanya memperhatikan papan skor dan tidak memperhatikannya. ke bola, katakanlah Kenneth Blanchard dan Norman Vincent. Keuntungan bersifat relatif, sedangkan nilai etika dan moral bersifat abadi. Bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika. Dan bisnis yang bertahan adalah bisnis yang dibangun di atas prinsip dan itikad baik yang benar. Immanuel Kant mengatakannya seperti ini:

"Bertindak seolah-olah tindakanmu biasa.".

Kepuasan seksual (Gratifikasi Seks)  adalah pelanggaran utama di perusahaan (Bisnis). Mengapa disebut kejahatan? Pengusaha mengambil jalan pintas dengan melibatkan pejabat pemerintah dalam kegiatan yang tidak etis dan tidak bermoral. Adalah kekanak-kanakan untuk membujuk atau menyuap pejabat untuk layanan seksual demi keuntungan. Tindakan yang tidak diterima secara umum dan tidak mencerminkan kepribadian wirausaha sebagai orang yang bermoral dan berharga. Mengapa? Untuk penggunaan orang lain, sebagai benda atau barang, sebagai sarana atau alat suap.




Dengan kata lain, nilai pribadi seseorang menurun. Mencari keuntungan sebesar-besarnya, seorang pengusaha lebih menunjukkan egonya daripada sikap etis dan moral dalam bisnisnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat penyimpangan dan pelanggaran terhadap harkat dan martabat manusia karena rasa hormat dan kemanusiaan sudah tidak ada lagi. Maka kepuasan seksual adalah sesuatu yang sangat tidak etis dalam bisnis.

Apa pun yang berbau dehumanisasi dalam bisnis tidak etis dan tidak dapat dibenarkan secara hukum. Mengapa? Karena tindakan itu sendiri salah dan tidak diterima secara umum, bahkan bisa dianggap salah arah bisnis karena melanggar hukum yang berlaku dan prinsip bisnis secara umum. Maka diperlukan penjelasan atau solusi yang tepat dan sederhana yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini.

Setiap pebisnis menjalankan bisnisnya untuk mendapatkan keuntungan. Tapi etika yang paling disangkal adalah bisnis kotor kepuasan seksual. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan besar, yaitu, apakah imbalan itu dibenarkan secara etis? Jawabannya adalah "tidak".

Karena tujuan utama bisnis bukan hanya mengejar keuntungan, tetapi tujuan bisnis adalah agar orang mengenal dan menghargai dirinya sendiri. Belajar untuk mematuhi standar dan prinsip yang berlaku untuk menjalankan bisnis yang baik dan bertahan dalam lingkungan yang beretika. Solusi terakhir yang bisa diberikan adalah agar setiap orang kembali ke hati masing-masing. Karena seseorang dapat melihat dari hati dengan mengamati diri sendiri dan apa yang baik, apa yang pantas diterimanya.





1 komentar untuk "Kekuasaan dan Seks atau Seks dan Kekuasaan?"

  1. Halo, informasi yang bermanfaat admin. Jika sempat silahkan mampir ke blog saya di perjamuankhongguan.blogspot.com, dan jangan lupa untuk bertegur sapa lewat kolom komentar atau chat box ya. Salam kenal. Terimakasih

    BalasHapus