Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yakin Masih Mau Akrab dengan Orang Seperti ini ?

 

narcissus
narcissus

Jauh sebelum selfie ada, ada cerita Pria Yunani bernama narcissus setelah membuat banyak orang bunuh diri karena menolak banyak wanita bahkan pria yang menyukainya. Narcissus seorang pria tampan dan menawan berhenti di genangan air untuk minum, sambil membungkuk untuk minum dia melihat bayanganya sendiri dan merasa terpesona. Dia terus menerus melihat bayangan itu sampai-sampai dia terjebak dalam obesesinya terhadap dirinya sendiri, dan akhirnya tenggelam sumber air itu.

Kisah narsisus membuat kita bertanya ? ”Kenapa ada orang yang sangat mencintai dirinya sendiri?, sampai-sampai tidak memiliki rasa empati kepada orang lain?”. dan ”bahkan sampai membuat dirinya terbunuh oleh obsesinya sendiri?”.  Orang-orang dengan tipe inilah yang kita sebut sebagai ”Narsis”. 

Narsisme 

Pernah gak melihat orang yang tidak bisa melihat orang lain selain dirinya sendiri?. Ketika Mental Health sedang marak-maraknya diperbincangkan. ”Wah ternyata orang ini memiliki masalah mental dan dia mencintai itu”. Terus-menerus menceritakan masalah hidupnya ke orang lain tanpa mau mengetahui apa yang terjadi kepada orang lain. Terus-menerus mengeluh tentang masalahnya sendiri dan berharap mendapatkan perhatian yang dari orang lain. Terus-menerus menuntut waktu dan perhatian orang lain, bahkan itu jika menganggu pekerjaan orang lain.

Ketika berbicara sesuatu apapun itu, dia langsung memotong berbicara tentang diri mereka sendiri, merasa bahwa semua orang salah selain dirinya, mencari kepuasan diri dan mengabaikan dampaknya ke orang lain. Dan yang paling sering kita lihat mereka kebiasaanya memposting photo berlebihan, info pribadi, dan pencapaian hidupnya di media sosial. Dengan tujuan untuk mendapatkan pujian.

Sekarang kita sering melihat jenis narsisme lebih halus di media sosial, mereka menyebut dirinya sebagai ”Main Charachter (MC). Yang sama seperti di dalam cerita media, film atau game, karya sastra yang lain. Mereka merasa bahwa mereka adalah tokoh utama dalam dunianya, dan Cuma mereka yang penting diatas dunia ini. Dunia berputar disekitar mereka, semua orang adalah NPC.

Pernah gak?  main GTA San Andreas dan melihat NPC yang mengatakan dialog yang sama terus-menerus, dan berperilaku yang terus-menerus, dan tidak relevan dalam game tersebut. Nah si MC (Main Charachter) ini merasa semua orang adalah itu, dan semua orang adalah NPC dan juga Cuma dia yang penting dalam dunia ini, Cuma dia dan ceritanya yang relevan, semua orang tidak penting.

Nah simple nya Narsisme dalam derajat yang berbeda-beda, merasa bahwa mereka lebih better looking, cantik, atau ganteng, lebih pintar dan merasa lebih penting dari orang lain, dan merasa harus mendapatkan perlakuan spesial untuk diri mereka sendiri. Mereka merasa apapun yang mereka buat dan lakukan adalah sesuatu yang besar dan haruslah di puji oleh semua orang.

Sudah menjadi kebutuhan utama menceritakan tentang semua pencapaian-pencapaian mereka. Dan membuat semua kagum dengan diri, dan apapun yang mereka perbuat, mereka terlalu fokus pada diri mereka sendiri. Sampai tidak mengerti dan tidak bisa paham apa yang terjadi dengan orang-orang disekitar mereka. Yang membuat mereka susah memiliki empati.

Dua jenis Narsisme

Nah ada dua jenis narsisme sebagai ciri-ciri kepribadian, yaitu ”Grandiose Narcissism dan Vulnurable Narcissism”. Narsisme Grandiose adalah yang paling familiar dari narsisme ini, mereka biasanya ekstovert, mendominasi, dan juga mencari-cari perhatian. Narsisme jenis ini biasanya mencoba sebisa mungkin untuk mendapatkan perhatian dengan bentuk ketenaran atau mungkin juga kuasa. Biasanya sebagai politikus, selebriti dan juga yang lainnya. Tentu saja banyak yang mencoba mencapai posisi ini. Bukan karena mereka narsis tapi karena ada alasan lain yang mungkin juga positif. Namun narsisme Grandiose mencari status dan perhatian yang juga ada dibalik posisi-posisi tersebut.

Sementara itu narsisme vulnurable lebih pendiam, memiliki rasa berhak yang kuat, merasa paling penting, namun sangat mudah teranca, atau diremehkan. Nah narsisme ini sebenarnya berada pada spektrum. Kita semua berada pada berapa tingkat kepercayaan diri dan juga harga diri, untuk bisa berfungsi dengan baik di masyarakat. 

Terutama untuk tetap produktif dalam dunia pekerjaan kita sehari-hari. Jadi beberapa dari kita mungkin saja sifat narsis. Namun yang berbahaya dan harus dihindari adalah mereka yang memiliki sifat narsisme yang sudah berlebihan. 

Dalam kedua kasus ini Grandiose dan Vulnurable, sisi gelapnya muncul dijangka panjang narsis biasanya lebih cenderung untuk melakukan tindakan yang egois, jadi pemimpin yang narsis bisa saja mengambil keputusan yang tidak etis dan berisiko, dengan tujuan demi dirinya sendiri. Dan pasangan yang narsis bisa jadi tidak jujur kepada pasangannya demi dirinya sendiri. 

Mereka susah untuk memiliki empati, bukan karena memang tidak peduli, tapi mereka juga merasa sulit untuk mengenali perasaan, pemikiran dan tujuan orang lain. Mereka tidak bisa mengetahui serta memahami isyarat-isyarat verbal maupun non verbal yang orang mulai punya. Dan mereka memiliki rasa iri yang tinggi kepada orang lain. Dan juga mereka merasa bahwa semua orang itu memiliki rasa iri yang tinggi kepada mereka juga. 

Kita semua sebenarnya merasakan ini, tapi narsisme merasakan ini lebih sering dan lebih dalam, daripada orang-orang biasanya. Ketika pemandangan mereka terhadap diri mereka sendiri tertantang karena ada faktor luar yang terganggu, seperti popularitas atau sesimple ada orang yang menganggap diri mereka rendah. Mereka bisa jadi agresif. 

Sifat ini seperti penyakit, tapi si penderita merasa sangat enak, namun orang-orang disekitarnya yang tersiksa. Ketika individu-individu ini kehabisan pasukan narsis mereka, pujian dan dukungan-dukungan yang mereka tarik dari lingkungan demi ego mereka. Kemarahan akan muncul dan mereka bisa saja jadi tidak peduli lagi dengan tindakan-tindakan mereka. Mau itu bentuk kekerasan maupun penyalahgunaan. Dan bisa saja mereka melakukan tindakan kejahatan ketika pemenuhan  psikologis ini semakin meningkat.

Agresi ini nantinya berbentuk seperti paranoia, kebencian dan juga sadisme. Selain kedua jenis narsisme tadi yang merupakan ciri kepribadian. Dan mungkin bisa saja dimiliki oleh semua orang dengan tingkat tertentu, ada juga jenis yang lebih ekstrem, yaitu gangguan kepribadian narsistik.

Narcisstic Personality Disorder (NPD)

Narsis jenis ini yang merupakan diagnosis klisis. Hanya sekitar satu persen dari populasi yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian narcissistic (NPD). Dan narsisme sebagai ciri kepribadian, yang tidak menyebabkan penderitaan atau gangguan fungsi, umumnya tidak dianggap sebagai gangguan kepribadian. Dan NPD ini biasanya bisa dilihat ketika seseorang sudah beranjak dewasa.

Anak kecil bisa saja merasa egois dan mungkin sedikit narsis, tapi itu semua normal dan merupakan bagian dari perkembangan kognitif mereka. 

Edisi kelima dari American Psyhiatric Association’s Diganostic and Statistical Manual, menjelaskan bahwa sifat-sifat yang dimilki NPD ini ada beberapa, diantaranya itu melihat diri mereka sendiri dengan sangat besar, memiliki masalah dengan empati, merasa memiliki hak yang besar, dan memiliki kebutuhan untuk pujian dan juga perhatian. 

Kriteria yang paling sering dilihat dari NPD adalah sifat arogansi mereka. Penderita NPD seringkali merendahkan orang lain. Mereka bisa saja bertemu orang dalam pekerjaan ataupun bisnis. Dan merasa orang itu lebih inferior daripada diri mereka sendiri, dan mereka juga merasa bahwa kemampuan orang-orang yang mereka temui ini inferior, dan mereka tidak cocok di posisi mereka yang sekarang.

Para Narsisme ini ketika menceritakan tentang diri mereka sendiri atau mungkin ketika menggunakan kata-kata sifat secara umum, mereka cenderung menggunakan kata-kata superlatif, seperti ”terbaik”, ”paling pintar”, atau ”paling hebat”.

Mereka cenderung memiliki perilaku anti-social yang cenderung manipulatif, atau merendahkan orang lain, mereka tidak mampu melihat kesalahan dalam diri sendiri dan tindakan mereka, dan mereka memiliki pendapat tinggi tentang dirinya sendiri. Dan sifat-sifat seperti ini bisa saja mengganggu kententraman yang ada. 

Tapi yang membuat disorder ini menjadi masalah adalah mereka bisa berbahaya bagi orang lain. Ketertarikan orang narsis ini terhadap citra diri mereka menyebabkan mereka hanya fokus kepada diri mereka sendiri. Sehingga mengurangi kapasitas untuk berempati dengan perasaaan dan juga pengalaman orang lain. 

Bayangkan ada ibu-ibu yang bukannya merawat anaknya dengan baik, namun menggunakan mereka menjadi sumber perhatian atau pun pujian, untuk dirinya sendiri. Dan bayangkan daripada menerima bantuan dari orang lain yang mencoba untuk membantumu dengan memberikan saran-saran, orang ini, si narsis ini, malah mengatakan bahwa mereka salah total Cuma dirinya yang benar.

W. Keith Campbell, Ph. D dan Joshua D. Foster mengembangkan unsur-unsur dasar narsisme, ini termasuk hal-hal seperti kenyataan bahwa orang yang narsis cenderung berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, pandangan mereka cenderung bertentangan dengan kenyataan yang ada, mereka egois, dan mereka berorientasi pada kesuksesan di atas segalanya.

M. Scott Pack Psychiatris dari Amerika mengatakan ”Kejahatan tidak dilakukan oleh orang-orang yang merasa tidak yakin akan kebenarannya, yang mempertanyakan motifnya sendiri, yang khawatir akan mengkhianati dirinya sendiri. Kejahatan di dunia ini dilakukan oleh orang-orang gemuk Rohani, orang-orang farisi di zaman kita, orang-orang yang menganggap diri mereka benar dan tidak berdosa karena mereka tidak mau menderita ketidaknyamanan karena melihat diri sendiri dengan signifikan”.

Ketika orang yang sehat secara mental melakukan kejahatan, mereka akan tahu yang telah mereka lakukan adalah hal yang salah, dan mereka akan bersalah terhadap tindakan tersebut, dan akan berusaha menebus kesalahanya dengan kembali lagi ke sisi yang baik. Namun, jika narsisme ini sudah berada di titik ekstem, mereka akan melakukan rasionalisasi dan pembenaran atas tindakan mereka sebagai mekanisme pertahanan. Untuk mempertahankan perasaan kebenaran moral mereka dan menghindari perasaan bersalah. Mereka akan tetap merasa bahwa mereka berada di sisi yang baik.

Hal yang seperti Scott Peck katakan, ” Kejahatan muncul dari orang-orang yang merasa bahwa tindakan mereka itu benar, karena mereka tidak mau menderita ketidaknyamanan untuk melihat diri sendiri dengan signifikan”. Mencoba untuk mencari tahu apakah yang mereka lakukan ini benar-benar memiliki moral yang baik dan tidak merugikan orang lain. 

Posting Komentar untuk "Yakin Masih Mau Akrab dengan Orang Seperti ini ?"