Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tirto Adhi Soerjo: Bara yang Tak Padam, Nyala Abadi Pers Indonesia

Makam RM. Djokomono Tirto Adhi Soerjo Perintis Pers Indonesia Gambar : gorbysaputra.com
Makam RM. Djokomono Tirto Adhi Soerjo Perintis Pers Indonesia
Gambar : gorbysaputra.com

Jejak Tirto Adhi Soerjo, sang pelopor pers Indonesia yang tak tergantikan.

Nyala Api yang Tak Pernah Padam

Di dalam sejarah yang penuh badai, ada sosok yang menyalakan obor, berjalan di lorong gelap tanpa rasa takut, menerobos bayang-bayang kolonialisme dengan pena yang tajam bak pedang. Dialah Tirto Adhi Soerjo, lelaki yang bertaruh nyawa demi kebenaran. Lahir di penghujung abad ke-19, ia bukan sekadar pria Jawa biasa. Ia adalah suara yang bergemuruh, menerjang kebisuan yang dipaksakan oleh penjajah. Dan meskipun ia mati muda, nyalanya tetap menyala, menggema dalam setiap kata yang tertulis, dalam setiap lembar koran yang berani bersuara.

Ditelan Kabut, Ditemukan Kembali

Tirto hilang dalam belantara sejarah, namanya lenyap, tersingkir oleh kekuatan yang ingin menutup kebenaran. Namun, api yang menyala tak pernah bisa benar-benar padam. Di penghujung tahun 1950-an, seorang sastrawan gigih bernama Pramoedya Ananta Toer mengangkat kembali kisahnya. Perlahan, kabut sejarah terkuak. Tirto muncul kembali, tak hanya sebagai bayang-bayang di koran, tapi sebagai ruh yang menghidupkan perlawanan. Orde Baru hanya menyebutnya sebagai pionir pers, tapi setelah reformasi, sejarah memberikan tempat yang layak untuknya: Pahlawan Nasional.

Sebuah Nama yang Tak Boleh Dilupakan

Pada 2021, di kota Bogor, nama Tirto diabadikan dalam sebuah jalan. Jalan Kesehatan berubah menjadi Jalan RM Tirto Adhi Soerjo. Ironi yang indah, sebab Tirto pernah menempuh jalan yang sama: dari seorang mahasiswa STOVIA, yang seharusnya menjadi dokter, hingga menjadi jurnalis yang mengobati sakitnya negeri ini dengan tulisan-tulisan yang menggelegar.


Karya-karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo Pers Pergerakan dan Kebangsaan Gambar : https://warungarsip.co/
Karya-karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo Pers Pergerakan dan Kebangsaan
Gambar : https://warungarsip.co/


Jalan-Jalan yang Ditempuh Tirto: Perjuangan Tanpa Ujung

1. Jalan Bangsawan Pikiran: Meninggalkan Tahta, Merangkul Rakyat

  • Tirto lahir sebagai bangsawan, mendapatkan hak istimewa untuk bersekolah. Ia bisa saja menjadi pegawai kolonial, menikmati jabatan tinggi, hidup nyaman. Tapi ia memilih jalan berbeda. Ia memilih jalan perlawanan, menjadi bangsawan pikiran, bukan sekadar bangsawan darah. Ia memilih rakyatnya, bukan tuannya.

2. Jalan Dokter: Mengobati Luka Bangsa dengan Kata-kata

  • STOVIA bukan sekadar sekolah kedokteran, ia adalah kawah candradimuka bagi para pemikir bangsa. Tirto ada di sana, bersama nama-nama besar seperti Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, dan Tjipto Mangunkusumo. Ia melihat ketidakadilan, ia merasakan diskriminasi. Dan meskipun ia tidak menjadi dokter, ia tetap menyembuhkan: bukan dengan obat, tapi dengan tulisan.

3. Jalan Bahasa dan Sastra: Kata-kata adalah Peluru

  • Tirto bukan hanya jurnalis, ia juga seorang sastrawan. Ia tidak hanya menulis berita, tetapi juga menciptakan dunia dalam cerita-ceritanya. Novel-novelnya seperti "Nyai Ratna", "Penipu Tertipu", dan "Busono" bukan sekadar cerita, tetapi cerminan luka yang nyata di bumi pertiwi. Kata-katanya mengguncang, menggugat, dan membakar kesadaran.

4. Jalan Bisnis Media: Berani Bermimpi Besar

  • Menjadi jurnalis di zaman kolonial bukan sekadar menulis. Tirto sadar, tanpa kemandirian ekonomi, pers hanyalah alat propaganda. Maka, ia membangun Medan Prijaji, bukan sekadar surat kabar, tetapi imperium media pertama milik pribumi. Ia memahami bahwa perjuangan butuh dukungan finansial. Ia melobi para bangsawan, mendekati sultan-sultan, menggaet para hartawan. Ia adalah jurnalis, pebisnis, dan pejuang dalam satu tubuh.

Warisan Abadi: Tirto Tidak Pernah Mati

Ketika kita membaca koran hari ini, kita membaca warisannya. Ketika kita menikmati kebebasan pers, kita berjalan di jalan yang ia rintis. Ketika seorang jurnalis berani menuliskan kebenaran meski diancam, itu adalah semangat Tirto yang hidup kembali.

Hari ini, di Hari Pers Nasional, mari kita ingat bahwa kebebasan tidak pernah gratis. Tirto membayarnya dengan seluruh hidupnya. Dan kita, apakah kita berani melanjutkan nyalanya?

Posting Komentar untuk "Tirto Adhi Soerjo: Bara yang Tak Padam, Nyala Abadi Pers Indonesia"